oleh

Lionel Messi Tampak Kehilangan Jati Diri di PSG

Kesulitan Lionel Messi di PSG musim ini jadi perhatian khusus. Messi yang dianggap sebagai superstar nomor satu dunia justru tampak kehilangan jati diri di Paris, mengkhawatirkan.

Messi meninggalkan Barcelona musim lalu dengan kondisi yang tidak ideal. Dia terpaksa pergi karena masalah finansial Barca, tidak ada pesta perpisahan, tidak ada laga penghormatan.

Bergabung ke PSG, tentu Messi diharapkan bisa jadi superstar baru. Dia direkrut PSG untuk mewujudkan mimpi menjuarai Liga Champions, trofi yang diidam-idamkan.

Nahasnya, aksi Messi tidak sesuai ekspektasi. Dia tidak bisa menemukan level terbaiknya hingga mendekati akhir musim, Liga Champions gagal, dan kini masa depan Messi pun tidak pasti.

Kesulitan Messi semakin buruk ketika dia kehilangan dukungan fans. Beberapa pertandingan terakhir, tepatnya sejak kegagalan di UCL, fans sering menyuarakan siulan cemooh untuk Messi ketika bermain di kandang.

Bagi Messi, perlakuan seperti itu mungkin baru pertama kali dia rasakan. Hampir sepanjang kariernya dia selalu dielu-elukan oleh fans Barcelona, dianggap sebagai pahlawan.

Puncaknya, ketika PSG mengunci gelar juara Ligue 1 beberapa hari lalu, Messi tidak terlihat dalam perayaan tim. Hampir semua pemain PSG merayakan gelar juara di lapangan, tapi tidak ada Messi.

Kasus ini juga mencuri perhatian Thierry Henry, mantan pemain Barca dan pengamat sepak bola Prancis. Menurutnya, siulan cemooh dari fans PSG mungkin mempengaruhi Messi.

“Kita melihat dia [Messi] meninggalkan lapangan. Saya hanya bisa berkata bahwa, pada satu titik ketika Anda bermain di lapangan, Anda akan mendapatkan siulan cemooh,” ujar Henry.

“Dalam kasus ini, dia sering mendapatkan siulan cemooh di Parc des Princes beberapa pekan terakhir. Meski Anda adalah salah satu pemain terbaik di dunia, perlakuan itu menyakitkan.”

Henry tidak tahu betul apakah Messi merasa terluka dengan perlakuan fans. Menurutnya, hilangnya Messi dari perayaan gelar juara mungkin menunjukkan kekurangan atau kelemahan Messi.

“Mungkin saat itu dia tidak mau merayakan juara. Mungkin dia memikirkan hal lain dan dia hanyalah manusia seperti orang lain,” lanjut Henry.

“Dia mempersembahkan sukacita bagi kami, termasuk gol. Namun, dia pun punya kelemahan seperti semua orang. Mungkin saat itu dia menunjukkan momen kekurangannya dengan tidak keluar selebrasi.”

“Bagaimanapun, yang utama dan terutama dia adalah manusia biasa,” tutupnya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed