Delapan bulan setelah memenangkan trofi Piala Eropa dan dianggap sebagai pahlawan nasional, tim sepak bola Italia jatuh kembali ke Bumi, gagal lolos ke Piala Dunia untuk kedua kalinya secara berturut-turut.
“Persetan,” bunyi headline harian Corriere dello Sport di halaman depannya, Jumat (25/3) merangkum rasa ngeri setelah Italia kalah 1-0 di kandang dari Makedonia Utara, memastikan mereka gagal lolos ke Piala Dunia Qatar 2022.
Mengutip Reuters, itu adalah pengulangan kejutan empat tahun lalu, ketika Italia gagal mencapai turnamen sepak bola global untuk pertama kalinya sejak 1958.
Tapi, setelah kemenangan tim Italia di final Piala Eropa melawan Inggris pada Juli tahun lalu, beberapa orang percaya, bencana berulang akan datang.
“Ini adalah bencana hebat. Rasa malunya lebih buruk dari sebelumnya,” tulis Il Messaggero di edisi Jumat (25/3).
Italia telah memenangkan Piala Dunia empat kali, terakhir pada 2006. Namun, mereka tersingkir di babak penyisihan grup pada 2010 dan 2014.
Dan, kemunduran terbaru ini menunjukkan, kemenangan Eropa Piala Eropa pada 2021 hanyalah sebuah kesalahan dalam periode penurunan yang berkepanjangan.
“Apa yang bisa saya katakan, kami terlalu beruntung di Eropa dan kami membayarnya. Sesederhana itu,” kata Carlo de Marchi, warga Roma, kepada Reuters.
Sama seperti tahun 2018, Italia adalah satu-satunya mantan juara yang tidak lolos ke putaran final Piala Dunia, dan surat kabar melihat eliminasi sebagai cerminan dari masalah yang lebih luas di pertandingan nasional.
Selama dua musim terakhir, tidak ada tim Italia yang mencapai perempat final Liga Champions yang bergengsi, trofi yang tidak pernah tim Italia raih sejak 2010.
Banyak klub Italia terbebani utang dan tidak mampu menarik talenta top yang pernah berbondong-bondong ke Serie A.
“Sistem, sepak bola Italia secara keseluruhan, perlu diadili,” tulis harian olahraga terlaris Italia Gazzetta dello Sport, dalam sebuah editorial, menyalahkan “kurangnya visi” di antara administrator olahraga.
Setelah bencana Piala Dunia terakhir, Italia menyalahkan pelatih Gian Piero Ventura dan ketua federasi sepak bola Carlo Tavecchio, yang keduanya mengundurkan diri tak lama kemudian.
Kali ini, tidak ada seruan untuk mencopot pelatih Roberto Mancini, seorang pemimpin sopan yang masih mendapat pujian besar karena mendalangi kesuksesan Piala Eropa 2021. Namun, dia sendiri tidak menutup kemungkinan untuk mundur.
“Mari kita lihat. Kekecewaan saat ini terlalu besar untuk berbicara tentang masa depan,” kata Mancini, Kamis (24/3), ketika ditanya tentang rencananya. “Saya hanya tidak tahu harus berkata apa”.
Komentar